Minggu, 27 November 2011

Kelebihan dan kekurangan Linux


Nama        : M. Andika
NPM         : 14110489
Kelas        : 2KA25

Kelebihan dan kekurangan linux
A. kelebihan LINUX
1. Tidak memerlukan perangkat keras yang mahal. Linux dapat berjalan pada komputer PC dengan konfigurasi minimal sbb :
* Mikroprosesor 386 DX (intel, AMD, Cyrix, TI, Chips&Tech.)
* RAM 4 MB (tanpa GUI) dan 8 MB (dengan GUI)
* Space harddisk 85 MB
2. Linux merupakan sistem operasi bebas dan terbuka. Sehingga dapat dikatakan, tidak terdapat biaya lisensi untuk membeli atau menggunakan Linux.
 3. Preemptive multitasking, yaitu menangani banyak proses secara bersamaan, semua proses tersebut tidak saling menghalangi/ menghambat walaupun berjalan pada saat yang sama.
4. Multiuser, yaitu lebih dari satu orang dapat menggunakan program yang sama/ berbeda-beda dari satu mesin yang sama pada saat bersamaan di terminal yang sama/berbeda.
5. Dukungan akses 33 macam sistem file yang berbeda. Linux mampu mengakses sistem file FAT16, FAT32 (kepunyaan DOS), VFAT (Win), HPFS (OS/2), Minix, UFS (Solaris), Xenix, SCO, Novell, dsb.

B. kekurangan linux

1. Banyak pengguna yang belum terbiasa dengan Linux dan masih ‘Windows minded’. Hal ini dapat diatasi dengan pelatihan-pelatihan atau edukasi kepada pengguna agar mulai terbiasa dengan Linux.
2. Dukungan perangkat keras dari vendor-vendor tertentu yang tidak terlalu baik pada Linux. Untuk mencari daftar perangkat keras yang didukung pada Linux, kita dapat melihatnya di Linux-Drivers.org atau LinuxHardware.org.

Proses Organisasi


Nama        : M. Andika
Kelas        : 2KA25
NPM         : 14110489

PROSES ORGANISASI
Dua aspek utama struktur organisasi adalah pembagian kerja dan departementalisasi. Pembagian kerja merupakan pemecahan suatu tugas kerja sehingga setiap anggota dalam organisasi bertanggung jawab dan melaksanakan seperangkat aktivitas yang terbatas dann bukan keseluruhan tugas. Sedangkan departementalisasi adalah penglompokan aktivitas pekerjaan sehingga aktivitas dan hubungan yang serupa dan logis dapat diselenggarakan secara serempak.
Dalam struktuk organisasi, tujuan utama dua aspek dua aspek penting diatas adalah untuk memudahkan proses komunikasi, pengambilan keputusan, evaluasi hasil kerja, ibalan, sosialisasi dan karier.
Kelima aktivitas tersebut merupakan prosesorganisasi yang masing-masing akan dideskripsikan sebagai berikut :
1. Proses komunikasi
2. Proses pengambilan keputusan
3. Proses evaluasi hasil karya
4. Proses imbalan
5. Proses sosialisasi dan proses karier 

1.Proses komunikasi
Komunikasi dapat didefinisikan sebagai penyampaianinformasi dan pengertian dengan menggunakan tandayang sama. Komunikasi sangat penting karena paramanajer dalam suatu organisasi jarang bekerja denganmengunakan barang tetapi lebih sering menggunakaninformasi mengenai barang itu. Komunikasi tidak dapatdihindarkan dalam setiap fungsi organisasi karenasetiap manajer harus menjadi seorang widiasuara.Meskipun sudah ada kemajuan yang pesat dalamteknologi komunikasi dan informasi, namun komunikasiantar individu dalam organisasi tetap diperlukan.Komunikasi antar individu tidak bergantung padateknolohgi, tetapi bergantung pada kekuatan dalam diriindividu dan dalam lingkungannya. Komunikasi adalahproses di dalam orang.

Proses komunikasi dalam suatuorganisasi harus memberi kemungkinan dalam empat arah yang berbeda, kebawah, ke atas, horizontal dan diagonal. Deskripsi dar arah komunikasi tersebut sebagai berikut :
1.Komunikasi ke bawah.
2.Komunikasi ke atas
3.Komunikasi horizontal
4.Komunikasi diagonal

1. Komunikasi ke bawah.
Mengalir dari orang pada hierarki yang lebih tinggi ke jenjangyang lebih rendah. Misalnya dalam bentuk instruksi, memoresmi, prosedur, pedoman kerja, pengumuman, dan sebagainya.
2. Komunikasi ke atas
Porsi ini sebenarnya dituntut untuk seimbang dengan komunikasike baawah. Berbeda dengan komunikasi ke bawah, komunikasike atas mengalir dari orang pada hierarki yan lebih rendah kejenjang yang lebih tinggi. Misalnya, dalam bentuk kotak sara,pertemuan kelompok, pengaduan, dan sebagainya.
3. Komunikasi horizontal
Merupakan pertimbangan utama dalam desain organisasi,namun organisasi yang efektif memerlukan juga komunikasihorizontal yang sangat perlu bagi koordinasi dan integrasi dariberaneka ragam fungsi keorganisasian. Misalnya, komunikasiantar produksi dan pemsaran dalam organisasi bisnis, dsb.
4. Komunikasi diagonal
Merupakan jalur komunikasi yang paling jarang digunakan,komunikasi diagonal penting dalam situasi ketika para anggiotatidak dapat berkomunikasi secara efektif melalui

2. Proses pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dalam usaha memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi,kemudian menetapkan salah satu alternatif yang dianggap paling rasional dan sesuai dengan sistem.Dalam suatu organisasi yang engambil keputusan adalah manajer. Kualitas keputusan yang diambil oleh manajer merupakan ukuran dari efektivitas mereka.Setiap keputusan adalah hasil proses yang dinamis yang dipengaruhi oleh kekuatan yang banyak sekali.Proses pengambilan keputusan merupakan aktivitasyan berurutan dan bukannya sebagai serangkaian langkah. Kajian mengenai desain umum tentang proses pengambilan keputusan biasanya ditekankan pada keputusan yang tak terprogram.

Proses pengambilan keputusan yangdimaksudkan adalah :
1. Menetapkan tujuan dan sasaran khususdan mengukur hasilnya,
2. Identifikasi permasalahan,
3. Mengembangkan alternatif,
4. Mengevaluasi alternatif,
5. Memilih alternatif,
6. Melaksanakan keputusan, serta
7. Pengendalian dan penimbangan

3. Proses evaluasi hasil karya
Evaluasi dirancang untuk memberikan kepada orang yang dinilai dan orang yang menilai atau manajer,informasi mengenai hasil karya. Secara umum bahwa tujuan evaluasi hasil karya adalah untuk mencapai kesimpulan yang evaluatif atau yang memberi pertimbangan mengenai hasil karya dan untuk mengembangkan karya lewat program.

Secara khusus evaluasi hasil karya dapat memberidampak sebagai berikut :
1. Program evaluasi hasil karya yang dirancang dandilaksankan dengan baik dapat memiliki pengaruh motivasional terhadap para bawahan, antara lain dapat merangsang peningkatan, mengembangkanrasa tanggung jawab, dan menaikkan keterikatan kepada organisasi.
2. Meningkatkan pengertian manajerial.
3. Memberikan dasar bagi perencanaan, pelatihan danpengembangan.
4. Mengurangi pilih kasih dalam mengambil keputusanmanajerial yang penting.

Prosedur evaluasi hasil karya tradisional yang masih sering digunakan dalam suatu perusahaan, antara lain sebagai berikut :
1.Skala penilaian.
Teknik ini merupakan prosedur evaluasi hasil karya yang tertuadan paling luas digunakan yang dalam praktiknya terdapat beberapa bentuk. Penilai diberi sebuah formulir yang dicetak,satu formulir bagi setiap bawahan yang harus dinilai. Isi formulir biasanya mengandung sejumlah karakteristik hasilkarya yang harus dinilai.
2.Cerita deskriptif 
Prosedur ini menuntut agar penilai (manajer) mendeskripsikan pokok-pokok kekuatan dan kelemahan orang yang dinilai.Sebenarnya metode ini hanya sedikit memberi kesempatan untuk membandingkan para bawahan yang dinilai mengenaidimensi karya spesifik.
3.Daftar cek yang dibobot.
Prosedur ini terdiri atas sejumlah pertanyaan yang menjelaskan beraneka macam dan tingkat perilaku bagi suatu pekerjaan tertentu. Masing-masing pernyataan mempunyai bobot atau nilai yangdiberikan kepadanya. Penilaian mengevaluasi setiap bawahan dengan mengecek pernyataan yang menjelaskan perilaku individual. Tanda cek dan bobot yang sesuai dijumlahkan bagi setiap bawahan.
4.Metode pengangkatan
Pada teknik ini, manajer menggunakan prosedur urutan pangkat untuk menilaisemua bawahannya.Bawahan diberi pangkat menurut nilai relatif merekabagi perusahaan mengenai satu dimensi hasil karyaatau lebih.

Diorganisasi khususnya perusahaan besar yang berkembang di Amerika Serikat telahmengembangkan metode evaluasi hasilkarya dengan lebih modern.
a.Metode penilaian yang berjangkar padaperilaku.
b.Manajemen berdasarkan sasaran

4.Proses imbalan
Cara dan penetapa waktu pembagian imbalan merupakan permasalahan penting yang harus dihadapi oleh manajer sehari-hari, imbalan yang dibagi oleh manajer meliputi upah,mutasi, promosi, pujian dan penghargaan.Tujuan umum dari program imbalan adalah :
a. Untuk menarik orang yang memenuhi syarat sehinggabersedia memasuki organisasi.
b. Menjaga saupaya para bawahan datang ke pekerjaan.
c. Memotivasi para bawahan untuk bekerja lebih giatsehingga mencapai tingkat hasil karya yang lebih tinggi.


5. Proses sosialisasi dan proses karier 
Sosialisasi keorganisasian adalah proses yang dialami individu untuk menghargai nilai, kemampuan, perilaku yang diharapkan, dan pengetahuan sosial yang diperlukan untuk mengasumsikan peran keorganisasian dan untuk beradaptasi sebagai anggota organisasi.Tahap proses sosialisasi meliputi :
a.Sosialisasi persiapan
b.Akomodasi
c.Manajemen peran



Sabtu, 12 November 2011

Konflik Organisasi


Nama           : M. Andika
NPM            : 14110489
Kelas           : 2KA25


KONFLIK ORGANISASI
Konflik berasal dari kata kerja Latin configure  yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
DEFINISI KONFLIK
Ada beberapa pengertian konflik menurut beberapa ahli.
Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.
Menurut Gibson, et al (1997: 437), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing – masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri – sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain.
Menurut Robbin (1996), keberadaan konflik dalam organisasi dalam organisasi ditentukan oleh persepsi individu atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya konflik di dalam organisasi maka secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan bahwa di dalam organisasi telah ada konflik maka konflik tersebut telah menjadi kenyataan.
Dipandang sebagai perilaku, konflik merupakan bentuk minteraktif yang terjadi pada tingkatan individual, interpersonal, kelompok atau pada tingkatan organisasi (Muchlas, 1999). Konflik ini terutama pada tingkatan individual yang sangat dekat hubungannya dengan stres.
Menurut Minnery (1985), Konflik organisasi merupakan interaksi antara dua atau lebih pihak yang satu sama lain berhubungan dan saling tergantung, namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan.
Konflik dalam organisasi sering terjadi tidak simetris terjadi hanya satu pihak yang sadar dan memberikan respon terhadap konflik tersebut. Atau, satu pihak mempersepsikan adanya pihak lain yang telah atau akan menyerang secara negatif (Robbins, 1993).
Konflik merupakan ekspresi pertikaian antara individu dengan individu lain, kelompok dengan kelompok lain karena beberapa alasan. Dalam pandangan ini, pertikaian menunjukkan adanya perbedaan antara dua atau lebih individu yang diekspresikan, diingat, dan dialami (Pace & Faules, 1994:249).
Konflik dapat dirasakan, diketahui, diekspresikan melalui perilaku-perilaku komunikasi (Folger & Poole: 1984).
Konflik senantisa berpusat pada beberapa penyebab utama, yakni tujuan yang ingin dicapai, alokasi sumber – sumber yang dibagikan, keputusan yang diambil, maupun perilaku setiap pihak yang terlibat (Myers,1982:234-237; Kreps, 1986:185; Stewart, 1993:341).
Interaksi yang disebut komunikasi antara individu yang satu dengan yang lainnya, tak dapat disangkal akan menimbulkan konflik dalam level yang berbeda – beda (Devito, 1995:381)
KONFLIK MENURUT ROBBIN
Robbin (1996: 431) mengatakan konflik dalam organisasi disebut sebagai The Conflict Paradoks, yaitu pandangan bahwa di sisi konflik dianggap dapat meningkatkan kinerja kelompok, tetapi di sisi lain kebanyakan kelompok dan organisasi berusaha untuk meminimalisasikan konflik. Pandangan ini dibagi menjadi tiga bagian, antara lain:

Pandangan tradisional (The Traditional View). Pandangan ini menyatakan bahwa konflik itu hal yang buruk, sesuatu yang negatif, merugikan, dan harus dihindari. Konflik disinonimkan dengan istilah violence, destruction, dan irrationality. Konflik ini merupakan suatu hasil disfungsional akibat komunikasi yang buruk, kurang kepercayaan, keterbukaan di antara orang – orang, dan kegagalaan manajer untuk tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi karyawan.
Pandangan hubungan manusia (The Human Relation View. Pandangan ini menyatakan bahwa konflik dianggap sebagai suatu peristiwa yang wajar terjadi di dalam kelompok atau organisasi. Konflik dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat dihindari karena di dalam kelompok atau organisasi pasti terjadi perbedaan pandangan atau pendapat antar anggota. Oleh karena itu, konflik harus dijadikan sebagai suatu hal yang bermanfaat guna mendorong peningkatan kinerja organisasi. Dengan kata lain, konflik harus dijadikan sebagai motivasi untuk melakukan inovasi atau perubahan di dalam tubuh kelompok atau organisasi.
Pandangan interaksionis (The Interactionist View). Pandangan ini cenderung mendorong suatu kelompok atau organisasi terjadinya konflik. Hal ini disebabkan suatu organisasi yang kooperatif, tenang, damai, dan serasi cenderung menjadi statis, apatis, tidak aspiratif, dan tidak inovatif. Oleh karena itu, menurut pandangan ini, konflik perlu dipertahankan pada tingkat minimum secara berkelanjutan sehingga tiap anggota di dalam kelompok tersebut tetap semangat, kritis – diri, dan kreatif.
KONFLIK MENURUT STONER DAN FREEMAN
Stoner dan Freeman(1989:392) membagi pandangan menjadi dua bagian, yaitu pandangan tradisional (Old view) dan pandangan modern (Current View):
Pandangan tradisional. Pandangan tradisional menganggap bahwa konflik dapat dihindari. Hal ini disebabkan konflik dapat mengacaukan organisasi dan mencegah pencapaian tujuan yang optimal. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan yang optimal, konflik harus dihilangkan. Konflik biasanya disebabkan oleh kesalahan manajer dalam merancang dan memimpin organisasi. Dikarenakan kesalahan ini, manajer sebagai pihak manajemen bertugas meminimalisasikan konflik.
Pandangan modern. Konflik tidak dapat dihindari. Hal ini disebabkan banyak faktor, antara lain struktur organisasi, perbedaan tujuan, persepsi, nilai – nilai, dan sebagainya. Konflik dapat mengurangi kinerja organisasi dalam berbagai tingkatan. Jika terjadi konflik, manajer sebagai pihak manajemen bertugas mengelola konflik sehingga tercipta kinerja yang optimal untuk mencapai tujuan bersama.
KONFLIK MENURUT MYERS
Selain pandangan menurut Robbin dan Stoner dan Freeman, konflik dipahami berdasarkan dua sudut pandang, yaitu: tradisional dan kontemporer (Myers, 1993:234)
Dalam pandangan tradisional, konflik dianggap sebagai sesuatu yang buruk yang harus dihindari. Pandangan ini sangat menghindari adanya konflik karena dinilai sebagai faktor penyebab pecahnya suatu kelompok atau organisasi. Bahkan seringkali konflik dikaitkan dengan kemarahan, agresivitas, dan pertentangan baik secara fisik maupun dengan kata-kata kasar. Apabila telah terjadi konflik, pasti akan menimbulkan sikap emosi dari tiap orang di kelompok atau organisasi itu sehingga akan menimbulkan konflik yang lebih besar. Oleh karena itu, menurut pandangan tradisional, konflik haruslah dihindari.
Pandangan kontemporer mengenai konflik didasarkan pada anggapan bahwa konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dielakkan sebagai konsekuensi logis interaksi manusia. Namun, yang menjadi persoalan adalah bukan bagaimana meredam konflik, tapi bagaimana menanganinya secara tepat sehingga tidak merusak hubungan antarpribadi bahkan merusak tujuan organisasi. Konflik dianggap sebagai suatu hal yang wajar di dalam organisasi. Konflik bukan dijadikan suatu hal yang destruktif, melainkan harus dijadikan suatu hal konstruktif untuk membangun organisasi tersebut, misalnnya bagaimana cara peningkatan kinerja organisasi.

KONFLIK MENURUT PENELITI LAINNYA
Konflik terjadi karena adanya interaksi yang disebut komunikasi. Hal ini dimaksudkan apabila kita ingin mengetahui konflik berarti kita harus mengetahui kemampuan dan perilaku komunikasi. Semua konflik mengandung komunikasi, tapi tidak semua konflik berakar pada komunikasi yang buruk. Menurut Myers, Jika komunikasi adalah suatu proses transaksi yang berupaya mempertemukan perbedaan individu secara bersama-sama untuk mencari kesamaan makna, maka dalam proses itu, pasti ada konflik (1982: 234). Konflik pun tidak hanya diungkapkan secara verbal tapi juga diungkapkan secara nonverbal seperti dalam bentuk raut muka, gerak badan, yang mengekspresikan pertentangan (Stewart & Logan, 1993:341). Konflik tidak selalu diidentifikasikan sebagai terjadinya saling baku hantam antara dua pihak yang berseteru, tetapi juga diidentifikasikan sebagai ‘perang dingin’ antara dua pihak karena tidak diekspresikan langsung melalui kata – kata yang mengandung amarah.
Konflik tidak selamanya berkonotasi buruk, tapi bisa menjadi sumber pengalaman positif (Stewart & Logan, 1993:342). Hal ini dimaksudkan bahwa konflik dapat menjadi sarana pembelajaran dalam memanajemen suatu kelompok atau organisasi. Konflik tidak selamanya membawa dampak buruk, tetapi juga memberikan pelajaran dan hikmah di balik adanya perseteruan pihak – pihak yang terkait. Pelajaran itu dapat berupa bagaimana cara menghindari konflik yang sama supaya tidak terulang kembali di masa yang akan datang dan bagaimana cara mengatasi konflik yang sama apabila sewaktu – waktu terjadi kembali.
TEORI-TEORI KONFLIK
Ada tiga teori konflik yang menonjol dalam ilmu sosial. Pertama adalah teori konflik C. Gerrtz, yaitu tentang primodialisme, kedua adalah teori konflik Karl. Marx, yaitu tentang pertentangan kelas, dan ketiga adalah teori konflik James Scott, yaitu tentang Patron Klien.
FAKTOR PENYEBAB KONFLIK

* '''Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan. '''
Setiap [[manusia]] adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.

* '''Perbedaan latar belakang [[kebudayaan]] sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.'''
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian [[kelompok sosial|kelompoknya]]. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.

* '''Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.'''
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang [[kebudayaan]] yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatan [[hutan]]. Para tokoh [[masyarakat]] menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para [[petani]] menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau [[ladang]]. Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat.
Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang [[politik]], [[ekonomi]], [[sosial]], dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka.
* '''Perubahan-perubahan [[nilai sosial|nilai]] yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.'''
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat [[industri]]. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam [[organisasi sosial|organisasi]] formal [[perusahaan]]. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehidupan masyarakat yang telah ada.

JENIS-JENIS KONFLIK
Menurut [[Dahrendorf]], konflik dibedakan menjadi 4 macam :
* Konflik antara atau dalam [[peran sosial]] (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role))
* Konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).
* Konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).
* Koonflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara)
* Konflik antar atau tidak antar agama
* Konflik antar politik.
AKIBAT KONFLIK
Hasil dari sebuah konflik adalah sebagai berikut :
* meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (''ingroup'') yang mengalami konflik dengan kelompok lain.
* keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai.
* perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci, saling curiga dll.
* kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia.
* dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.
Para pakar teori telah mengklaim bahwa pihak-pihak yang berkonflik dapat memghasilkan respon terhadap konflik menurut sebuah skema dua-dimensi; pengertian terhadap hasil tujuan kita dan pengertian terhadap hasil tujuan pihak lainnya. Skema ini akan menghasilkan hipotesa sebagai berikut:
* Pengertian yang tinggi untuk hasil kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk mencari jalan keluar yang terbaik.
* Pengertian yang tinggi untuk hasil kita sendiri hanya akan menghasilkan percobaan untuk "memenangkan" konflik.
* Pengertian yang tinggi untuk hasil pihak lain hanya akan menghasilkan percobaan yang memberikan "kemenangan" konflik bagi pihak tersebut.
* Tiada pengertian untuk kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk menghindari konflik.
CONTOH KONFLIK